Postingan

Dear Dek Manis, Princessnya Mamong

Gambar
Tahun ini. Bulan kelahiran ini. Tak semuanya dengan hari penuh bahagia. Umur,  usia, berkurang namun brtambah, rasanya aku makin tercabik cabik. Sudah brlumuran sgtlah bnyk kan kaya sebuah dosa. Tahun kini, Engkau beriku, Cabikan yang sangatlah besar. Satu sisi, Duar! Dhoar! Whoa! Alhamdulillah, Fabbiayyi ala irobbikumma tukaziban? Surprise, u very lucky by Ukhuwah Dakwah Sahabat until JannahNya! Satu sisi pula, Allah mencabik diri ini, Saat dek manis sedang cek (kontrol) lagi ke dokter, kusudah punya rasa tak enak di benak, hingga air mata keluar tanpa izin dari orangnya yg mengeluarkan air mata itu, Duar! Rawat dirawat RS! ICU! Ya diruang ICU! Sungguh rencana-Mu indah banget, Indah banget, Rabbana. Sungguh sgtlah trcabik! Rumah ini, kan trasa alone, dek manis yg sring celoteh sana sini tiada henti, hibur kan hidup suasana dikala hening, dikala konflik kesalah

ComeBack! DiaryxPuisi by, Kia Nur Mala,Dkk

Gambar
Assalamualaikum, Alhamdulillahirobbil alaamiin. Akhirnya setelah bertahun tahun aku kembali. Maafkanku yang langsung 'WUSHH' hilang begitu saja tiada kabar dalam kepenulisan, baik di blog ataupun di grup menulis.  Alhamdulillah dibalik menghilangnya aku begitu saja, dalam Blog ini. Aku jadi tau apa sebenarnya tujuan hidup, skill serta passionku. Yah memang sih, teramat mustahil sekali Kia 'Si Ceroboh' tuk meraih impiannya di PTN & PTS. Diluar akal memang. Target awal S1 tuk DKV ITB, S2 tuk Ilmu Gizi UI, dan S3 tuk agama di UIN Jakarta/kalau bisa di University Al Azhar haha. Huhftt jelas ini banyak ditertawakan oleh semua orang dan orangtuaku sendiri. Entah nanti pas udah S1 aku kan tetap targetkan S2 hingga S3 tuk ambil prodi target itu, atau justru kelak diluar dugaan. Entah juga, apakah kelak prodi yang mana yang bakal terima aku disana pun jua PTNnya. Anak IPS aliyah ya emang lha mustahil tuk jadi mahasiswa IPA, apalagi emang persyaratannya har

Tak Pantas Lagi Menjadi Kakak Panutan

Tak pantas lagi, menjadi Kakak panutan Iya itulah, sapaan tukku kini Tapi itu, menurut pendapatku sendiri. Yang lampau, Ku slalu tersenyum. Meski senyumku seperti, Merengut, Manyun, Cemberut, Bahkan pernah dibilang, sedang tertawa, ataupun jua, sedang menangis, Begitulah yang orang nilai, Terlebih orangtuaku, begitu juga menilai .. Pada senyumku itu. Jelas, sebenarnya .. dari dulu, hingga kini. Aneh, memang. Entah mengapa, dari dulu, hingga kini. Ku takkan pernah bisa, senyum ikhlas dari hati ini. Ku takkan pernah bisa, bisa tuk menunjukan ... Senyumku yang sebenarnya. . Lampau, ku selalu ceria kesana-kemari dan tertawa lepas begitu sahaja. Entah mengapa, kini. Semua menghilang begitu sahaja. Ini benar-benar, seperti .. Bukan aku yang dahulu? ... Kemana diriku yang sebenarnya? ... Kemana? ..... Kenapa kini, menghilang semua. Musnah begitu sahaja. Tiada angin,

Puisi Religi Menunggu Di JemputNya

Gambar
Malam ini, malam yang aneh. Tak seperti biasanya, begitu. Malam dimana, semuanya menangis akan semua, yang telah diperbuatnya. Entah secara sengaja ataupun tidak. Dia, Dia, Dia, Dia lah hamba sahaya, yang penuh dengan lumuran dosa. Yang penuh dengan lumuran hina bahkan, caci-makian, Dia bahkan sebagai bahan bully - an diluar sana. Dia Muslimah. Dia syari' Namun, mengapa kini hidupnya selalu penuh duri? Dia yang iri. Iri akan 'Mengapa, bagaimana bisa dia istiqomah sejak lampau hingga kini? Sedangkan hamba sahayaNya dari lampau hingga kini, takkan pernah bisa tuk ber- istiqomah?' Iri dengan 'Mengapa yang lain, sudah bisa membanggakan kedua orangtuanya mengajak tuk ke surga, sedang hamba sahayaNya tak pernah bisa?' Iri kan sbuah prasangka 'Mengapa hingga kini hamba sahayaMu tak pernah bisa berprestasi, Lillahi Ta'ala karena hanya ingin berharap ridho serta izinNya maupun ke orangtu