Tak Pantas Lagi Menjadi Kakak Panutan


Tak pantas lagi,

menjadi Kakak panutan


Iya itulah, sapaan tukku kini


Tapi itu,

menurut pendapatku sendiri.



Yang lampau,

Ku slalu tersenyum.


Meski senyumku seperti,


Merengut,

Manyun,

Cemberut,

Bahkan pernah dibilang,

sedang tertawa,

ataupun jua,

sedang menangis,


Begitulah yang orang nilai,

Terlebih orangtuaku, begitu juga

menilai ..

Pada senyumku itu.


Jelas, sebenarnya ..

dari dulu, hingga kini.



Aneh, memang.

Entah mengapa,


dari dulu, hingga kini.


Ku takkan pernah bisa,

senyum ikhlas dari hati ini.


Ku takkan pernah bisa,


bisa tuk menunjukan


...


Senyumku yang sebenarnya.


.




Lampau,

ku selalu ceria kesana-kemari dan tertawa lepas begitu sahaja.


Entah mengapa,

kini.


Semua menghilang begitu sahaja.



Ini benar-benar, seperti


..


Bukan aku yang dahulu?


...



Kemana diriku yang sebenarnya?


...


Kemana?


.....



Kenapa kini, menghilang semua.

Musnah begitu sahaja.



Tiada angin, tiada hujan.


Kau,

sekejap saja.


Berubah,


seperti halnya


..


Allah sering membolak-balikan hatimu


..


Bahkan mungkin terlalu sering, tuk di bolak balikan



..



Hingga sesampai itu,


semuanya lenyap.



Yang tersisa,


Hanyalah memori,


Kenangan,


Support,


Serta,


Do'a nya sahaja,


Yang tersisa.



Darimu, tuk mereka semua.




Tapi, tuk dirimu sendiri,



ialah,



dosa,


dosa,


dosa,


dan,


dosa,




tangisan,


emosi,


bahkan,


ego mu lah,



yang layak sangat,


ada pada dirimu itu.



.....



Mengapa,



mengapa,




dan mengapa?




Kau buang semuanya,



semua, tentang dirinya?

semua, tentang hobimu,

cita-cita & cintamu?

Support, do'a serta harapan mereka padamu?!




Mengapa,

kau tak simpan sahaja.



Simpan, dalam suatu tempat.



Tempat yang teramat baik,

menurutmu, pun jua diriNya?


Atau,

jika tidak.



Bila sudah kau buang semua itu.




Mengapa,


Kau begitu bodohnya?



Bodohnya, kau



tak menyimpan itu semua,


kedalam setiap bait,

setiap lembar,

setiap halaman,

setiap Juz,

setiap pucuk,

setiap kepingan,

setiap kekosongan,

setiap keretakan.




Yang kau, sudah buang dengan


penuh rasa kesia-siaan,


ke retakkan,


ke patah hati -an.



Ke setiap,

do'a-doa yang kau ucap,

yang kau lantunkan,

yang kau syairkan,

yang kau syiarkan

yang kau tuangkan.



'Penyesalan kau, slalu datang di akhir.

Jika, itu datangnya bukan diakhir.

Itu namanya, sudahlah takdir' :)


-BekasiKota-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI PERPISAHAN DENGAN KAKAK KELAS TERCINTA

Puisi Curahan Daku- Untuk Anak Pramuka yangkan kurindukan disiniii :'(

Puisi Religi Menunggu Di JemputNya