Cerpen Non Fiksi: GETARAN CINTA YANG HILANG















“GETARAN CINTA YANG HILANG”
KARYA: Mama Tercinta 



“Aku mau menikah!”
“Apa?”, kamu?”, menikah”? dengan siapa?”, dengan Aldi?”,

Dengan mulut yang menganga cukup lebar, Asri terus melontarkan pertanyaan dengan raut wajah yang hampir tidak percaya.

Aku hanya mengangguk santai, ”tadi siang Kami ketemuan, tiba-tiba Bang Aldi menyatakan keinginannya untuk melamarku”.

Aku memanggilnya Bang Aldi karena usia kami yang memang terpaut cukup jauh.

“lalu kamu menerima lamarannya?”.
“yup!” Aku menjawabnya dengan santai.
“tapi kamu tidak pernah mencintai Aldi?”, bisa-bisanya kamu langsung menerima lamarannya”.

Asri adalah sahabat dekat aku, waktu itu umurku masih 5 tahun sementara Asri 3 tahun lebih tua dariku.

Rumah kami berdekatan, karena Asri anak tunggal, dia menganggap aku seperti adiknya.

Aku masih ingat, waktu aku merayakan ulang tahun yang ke 6, Asri membawakan 6 buah kado untukku, dengan ukuran dan isi kado yang berbeda-beda.

Asri beralasan, keenam kado tersebut mewakili usia aku, dari 1 sampai 6 tahun.

Aku sendiri anak bungsu dari 3 bersaudara, kedua kakakku laki-laki, sehingga tidak heran kalau aku juga merasa dekat dengan Asri.

Sebenarnya dengan perbedaan usia yang cukup jauh aku memanggil Asri dengan sebutan kakak, yaaah....dulu aku memang memanggilnya kakak, tetapi seiring berjalannya waktu dan banyak sekali peristiwa yang kami lalui bersama, aku memanggilnya Asri saja dan Asripun tidak merasa keberatan dengan itu, dia malah bilang kalau dia justru senang karena dengan begitu dia merasa lebih muda dan seumuran dengan aku, ha...ha...ha...

Namaku Mayra, usiaku 20 tahun, aku seorang SPG di sebuah Department Store ternama di Daerah Bekasi Timur.

Pekerjaan yang mungkin oleh sebagian orang hanya mengandalkan penampilan fisik saja.

Aku tidak pernah mau peduli dengan anggapan itu, pada kenyataannya aku menikmati pekerjaanku.

Alhamdulillah uang dari hasil aku bekerja, aku bisa membiayai kebutuhan pribadiku dan aku juga masih bisa menyisihkan sedikit penghasilanku untuk ku tabung, hingga akupun bisa melanjutkan pendidikkanku.

Aku kuliah, aku mengambil jurusan Bisnis, waktu itu yang terlintas di benakku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.

Pemikiran yang menurut aku sederhana saja, karena siapapun orangnya pasti membutuhkan uang dan Bisnis adalah cara yang tepat untuk dapat mewujudkan itu semua.

Aku mengambil kelas karyawan, jarak kampus yang memang berdekatan dengan tempat dimana aku bekerja memudahkan aku untuk dapat menjalani keduanya.

Seperti biasa dari tempat kerja aku langsung menuju ke kampus hari itu jam kuliah dimulai pada pukul 07.00 malam, jarak yang dekat, cukup aku tempuh dengan berjalan kaki saja, entah terburu-buru atau apa tiba-tiba dari arah berlawanan asa seorang lelaki menabrak aku, cukup keras hingga aku merasakan dadaku sedikit sesak.

Tas yang berisi buku dan baju seragam kerjapun terjatuh dan mengeluarkan sebagian dari isinya.

Sambil menahan rasa sakit akupun langsung merapihkan barang-barang yang berserakan di jalan, tanpa memperhatikan lelaki yang menabrakku.

Sambil membantu meapihkan buku-buku, lelaki itupun terus megucapkan kata maaf.

Segera setelah semuanya masuk kedalam tas, akupun langsung beranjak pergih tanpa mempedulikan lelaki yang baru saja menabrakku.


“Perkenalkan namaku Aldi”,

aku terkejut, tadinya aku fikir lelaki ini akan membeli pakaian yang ada aku, tapi dia malah mengulurkan tangannya dan mengajak berkenalan, tentu saja aku menolak, karena ini bukan pada tempat dan waktunya.

“Aku minta maaf,karena telah menabrak kamu dijalan waktu itu”.

Oh jadi ini orang yang malam itu menabrak aku, rasa nyeri di dada juga masih belum benar-benar hilang.

Wajahnya lumayan walau tidak bisa dibilang ganteng juga, badannya tinggi, tegap dan dari pakaian yang dia kenakan, kaos oblong berwarna putih dengan celana jens dan sendal jepit, pastilah dia bukan orang kantoran, apalagi pagi-pagi begini dia sudah ada disini, pengangguran?, aaaah.. aku tidak tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang lelaki ini.

Sejak kejadian itu Aldi sering menemuiku, entah dimulai dari mana akupun mulai akrab dan sering mengobrol di sela-sela waktu luangku.

Belakangan aku tau kalau Aldi ini adalah seorang pengusaha di sebuah toko bunga. Tokonya lumayan besar dan indah pastinya karena banyak sekali bunga-bunga disana dengan karyawan yang lumayan banyak, tidak heran kalau Aldi pun sering menemuiku ditempat aku kerja ataupun dikampus.

Usianya sudah 26 Tahun, 6 Tahun lebih tua dari aku tidak terasa 5 bulan sudah sejak kejadian itu, kami sering ketemu sekedar mengobrol atau makan siang bersama.
“Aku, suka sama kamu”.

Hampir saja makanan yang aku makan menyangkut ditenggorokkanku, aku tersedak, dengan segera Aldi menepuk-nepuk punggungku dan segera memberikanku minum.

Wajahku sedikit memerah dan mataku berair.

“Maaf, kalau aku sudah mengganggu makanmu”, dengan wajah yang dipenuhi rasa penyesalan.

“Tidak apa-apa, Bang”, Aku berusaha bersikap tenang.

Setelah kejadian itu aku masih sering bertemu dengan bang Aldi, diapun tidak pernah menuntut jawaban dariku dan akupun tidak pernah benar-benar mengutarakan isi hatiku.

Rasa nyaman mungkin itu cuma satu-satunya yang aku rasakan bila berada dekat dengannya.

Sebenarnya aku type wanita yang mudah sekali tertarik dengan laki-laki, wajar saja,teh aku wanita normal. He....he....he.....

Setidaknya itu aku alami saat aku duduk dibangku Sekolah Menengah Kejuruan atau yang sebut SMK.

Waktu itu usiaku masih 17 tahun dan aku masih duduk di kelas tiga SMK. Saat aku menjalin hubungan serius dengan seorang lelaki yang lagi-lagi usianya lebih tua dariku, dia Arya, 4 tahun lebih tua dariku.

Entah kenapa aku memang lebih tertarik dengan lelaki yang lebih tua, Sementara yang seumuran denganku, aku menganggapnya kekanak-kanakkan.

Hubunganku dengan Arya berjalan kurang lebih 2 Tahun dan selama kami menjalani hubungan, aku tidak pernah bisa menghilangkan getaran didadaku, aku menyebut gerataran itu adalah “Getaran Cinta”.

Sebenarnya ada beberapa temanku yang bilang kalau Arya itu Playboy, bahkan parahnya ada yang bilang,

”Arya, kalau lihat nenek-nenek dibedakin juga pasti dia suka dan langsung dipacarin”, ha........ha........ha......

Aku Cuma tersenyum,  entah apa yang merasuki hati dan otakku saat itu, walaupun aku tau kalau Arya itu Playboy, aku masih saja mau menjalani hubungan dengan “Getaran Cinta”, Cinta Monyet mungkin?, karena cuma dengan Arya aku merasakan hal itu.

Hingga suatu ketika Arya mulai jarang menemuiku, mulai jarang menjemputku disekolah.

Aku masih ingat, waktu itu Arya menjemputku tepat di pintu gerbang sekolah, dengan sepeda motor yang memang selalu setia menemaninya beraktifitas, dia baru saja pulang kerja, yah...... pekerjaannya memang tidak mengharuskan dia masuk pagi pulang sore, hari itu dia mendapatkan Shif malam dan entah malas atau apa, dia tidak pulang dulu kerumah sekedar mandi atau ganti pakaian,dia malah langsung menuju kesekolah.
Dengan seragam dan jaket kerjanya yang masih dia kenakan,menunggu hingga bel sekolah berbunyi.Ada teman sekelasku yang melihat dan bilang,”Cowo,kamu ko tua banget,kaya bapak-bapak”.
Herannya aku tidak marah,aku malah tersenyum dan tidak mempedulikan perkataan temanku itu.
“Getaran Cinta”,lagi-lagi itu menjadi alasan.
“Menggantung”,tidak ada kepastian,sampai suatu hari aku melihat Arya membonceng wanita lain dan aku memberanikan diri untuk mengambil keputusan tentang hubunganku dengan Arya,Seharusnya aku tidak perlu kaget,teh aku tau kalau Arya itu Playboy.
Hingga akhirnya kami memutuskan untuk berpisah.
Aku sendiri bukan wanita yang harus meratapi nasib karena putus cinta,sebagai seorang wanita pantang bagiku memohon-mohon cinta kepada laki-laki,hingga saat aku putus dengan Aryapun aku tidak melakukan hal-hal yang aku anggap aneh,yang mungkin dilakukan oleh kebanyakan wanita yang putus cinta,setidaknya alasan itu membuat Arya ternyata “menggantung” hubungan kami.
Sejak kejadian itu aku berfikir,”Bukan aku yang mengejar-ngejar cinta lelaki,tetapi sebaliknya”,dan “Cinta” ataupun “Getaran Cinta”,apapun istilahnya aku sudah tidak peduli lagi.
“Pernikahan itu bukan perkara yang main-main,Mayra.......!”,lagi-lagi Asri mengingatkanku.
“Apalagi,kamu sendiri tidak tau status hubungan kamu dengan,Aldi selama ini!”.
Aku tidak peduli ocehan-ocehan Asri.
Aku memang tidak pernah merasakan adanya “Getaran” itu,tapi rasa nyaman sudah cukup untuk aku menerima lamaran bang Aldi dan “Cinta” aku sendiri tidak tau apa itu “Cinta”!.
Aisyah 3 tahun dan Fatur 1 tahun, memberikan kesibukan dan kesenangan tersendiri buatku.
Bukti dari rasa “Nyaman” yang aku rasakan dengan bang Aldi, walaupun di 5 tahun usia pernikahan kami, aku masih belum menemukan dan merasakan akan apa maknanya dari “Cinta” itu.












~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ TAMAT ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Komentar

Postingan populer dari blog ini

You're My Inspiring and motivation ^_^ ♥

Puisi Curahan Daku- Untuk Anak Pramuka yangkan kurindukan disiniii :'(

PUISI PERPISAHAN DENGAN KAKAK KELAS TERCINTA